Tiga prajurit Ukraina tewas dan 12 lainnya luka-luka dalam bentrokan terbaru antara pasukan pemerintah dan kelompok separatis yang didukung Rusia, yang semakin mengikis gencatan senjata yang telah berlangsung selama tiga bulan, kata militer Kiev pada Jumat.
Juru bicara militer Andriy Lysenko mengatakan pasukan pemerintah diserang oleh separatis dengan menggunakan senjata kaliber besar dan mortir di beberapa wilayah timur dan tenggara, termasuk di dekat kota Donetsk yang dikuasai pemberontak.
“Dalam 24 jam terakhir, kami kehilangan tiga pahlawan Ukraina, dan 12 lainnya terluka,” kata Lysenko dalam sebuah pengarahan.
Tidak ada informasi mengenai korban jiwa di kalangan separatis, yang menurut Kiev, NATO dan negara-negara Barat disuplai dengan senjata dan pasukan oleh Rusia, namun Moskow membantahnya.
Perusahaan baja terbesar Ukraina, Metinvest, mengatakan seorang pekerja tewas dan dua lainnya terluka ketika pabrik kokas Avdiyivka, yang berada di wilayah milik negara, terkena tembakan hebat pada hari Kamis.
Pabrik tersebut tidak dapat menerima pasokan bahan mentah atau mengirimkan produk jadi, dan kerusakan peralatan semakin menghambat produksi, kata Metinvest dalam sebuah pernyataan.
Meningkatnya kekerasan memberikan tekanan lebih lanjut pada gencatan senjata rapuh yang ditengahi oleh Rusia, Jerman dan Perancis dalam perjanjian damai Februari lalu di Minsk, Belarus.
Lysenko mengatakan terjadi pertempuran sengit di dekat Gorlivka, sebelah utara Donetsk, dan kelompok separatis menggunakan mortir dalam jumlah besar untuk melawan pasukan pemerintah.
Namun korban terbesar di pihak pemerintah terjadi di dekat Donetsk sendiri. Kelompok separatis menggunakan “berbagai macam senjata” melawan pasukan Kiev di Shyrokyne, sebelah timur kota pelabuhan strategis Mariupol di Laut Azov, katanya.
Lebih dari 6.200 orang telah tewas sejak konflik tersebut meletus pada bulan April 2014 setelah tergulingnya presiden yang didukung Moskow melalui protes jalanan dan bangkitnya kepemimpinan yang bertujuan untuk memindahkan Ukraina dari orbit Moskow menuju integrasi di Eropa.
Konflik tersebut telah menyebabkan krisis terbesar dalam hubungan Rusia-Barat sejak berakhirnya Perang Dingin.
Dalam sebuah laporan yang dirilis hari Jumat, Amnesty International mengatakan ada “banyak bukti” bahwa pasukan Ukraina dan milisi pro-Kiev serta kelompok separatis menganiaya atau menyiksa tahanan – pelanggaran yang digambarkan sebagai pelanggaran yang “biasa dan meluas.”
“Para tahanan menggambarkan mereka dipukuli sampai tulang mereka patah, disiksa dengan sengatan listrik, ditendang, ditusuk dan digantung di langit-langit, dilarang tidur selama berhari-hari, diancam akan dibunuh, tidak diberikan perawatan medis dan dijadikan sasaran eksekusi tiruan,” tulis laporan itu.
Mereka menyebut Sektor Kanan, sebuah kelompok nasionalis militan Ukraina, dan beberapa batalyon separatis semi-otonom sebagai kelompok yang sangat brutal terhadap tahanan.