Pemerintah Rusia sedang menyelidiki tuduhan bahwa salah satu jet tempurnya yang beroperasi di Suriah melanggar wilayah udara Turki untuk kedua kalinya, kata kedutaan Rusia di Ankara pada Selasa, menurut kantor berita TASS.
Turki mengeluh pada Senin malam bahwa sebuah pesawat tempur Rusia telah melanggar wilayah udaranya pada hari Minggu, pelanggaran kedua dalam tiga hari, sehingga mendorong Ankara untuk kembali memanggil duta besar Moskow.
Serangan pertama yang terjadi pada hari Sabtu, mendorong Amerika Serikat dan NATO untuk mengecam Rusia, dan Ankara mengancam akan membalasnya, sehingga meningkatkan kemungkinan konfrontasi langsung antara mantan musuh Perang Dingin tersebut.
“Kementerian Luar Negeri Turki memanggil duta besar kami untuk kedua kalinya pada hari Senin,” kata Igor Mityakov, petugas pers kedutaan Rusia. “Pihak Turki menyerahkan informasi terkait pelanggaran wilayah udaranya. Pihak Rusia sedang memeriksa datanya,” ujarnya.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan serangan pertama tidak disengaja dan sebuah jet Su-30 memasuki wilayah udara Turki “selama beberapa detik”. Dikatakan bahwa “langkah-langkah yang diperlukan” telah diambil untuk memastikan bahwa insiden tersebut tidak akan terulang kembali.
Moskow mengatakan pangkalan udara Suriah tempat pesawat Rusia menerbangkan misinya, Khmeimim, terletak sekitar 30 kilometer (18,64 mil) dari perbatasan Turki dan pesawatnya harus mendekati pangkalan itu dari utara dalam kondisi cuaca tertentu.
“Insiden tersebut disebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak mendukung di wilayah tersebut,” kata kementerian dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, mengacu pada serangan pertama. “Jadi tidak perlu mencari teori konspirasi apa pun di sini.”
Rusia membantah klaim Turki lainnya bahwa salah satu pesawatnya mengunci radarnya pada dua jet tempur Turki.
Sekretaris Jenderal NATO mengatakan pada hari Selasa bahwa dia meragukan penjelasan Rusia bahwa pelanggaran wilayah udara Turki pada akhir pekan adalah sebuah kesalahan karena ada dua serangan serupa dan itu berlangsung lebih dari beberapa detik.
“Saya tidak akan berspekulasi mengenai motifnya, tapi sepertinya ini bukan sebuah kecelakaan… dan kami punya dua di antaranya,” kata Jens Stoltenberg pada konferensi pers, mengacu pada serangan tersebut dan durasinya.
Stoltenberg mengatakan aliansi NATO yang dipimpin Amerika, dimana Turki menjadi salah satu anggotanya, belum menerima “penjelasan nyata” mengenai apa yang terjadi. Dia mengatakan dia tidak memiliki kontak langsung dengan Moskow, namun NATO telah membahas kemungkinan menggunakan jalur komunikasi militer dengan Rusia.